Senin, 22 Desember 2008

Hanya Ibu yang terbaik di dunia ini 2

Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak (Maris) sudah menikah, tetapi istrinya mandul. Mereka tidak punya anak. Sang ortu sangat sedih akan hal ini, karena tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak. Ketika Mona dan anaknya berjalan2 ke kota, dalam sebuah kesempatan, mereka bertemu dengan Maris dan istrinya. Maris baru menyadari bahwa sebenarnya ia sudah punya anak dari darah dagingnya sendiri. Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung semua biaya hidup mereka, tetapi Mona menolak, Kami bisa hidup dengan baik tanpa bantuanmu. Berita ini segera diketahui oleh orang tua Maris.Mereka begitu ingin melihat cucunya, tetapi Mona tidak mau mengizinkan.

Di pertengahan tahun, penyakit Madu kembali kambuh. Dokter mengatakan bahwa penyakit Madu butuh operasi dan perawatan yang konsisten. Kalau kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya. Keuangan Mona sudah agak membaik, dibandingkan sebelumnya. Tetapi biaya medis tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya. Mona kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak menemukan solusi yang tepat. Satu2nya jalan keluar adalah menyerahkan anaknya kepada Maris, karena Marislah yang mampu membiayai perawatannya. Maka di hari Minggu ini, Mona kembali mengajak anaknya berkeliling kota, bermain2 di taman kesukaan mereka. Mereka gembira sekali, menyanyikan lagu "Shi Sang Chi You Mama Hau", lagu kesayangan mereka. Untuk sejenak, Mona melupakan semua penderitaannya, ia hanyut dalam kegembiraan bersama anaknya.

Sepulang ke rumah, Mona menjelaskan keadaannya pada Madu. Madu menolak untuk tinggal bersama ayahnya, karena ia hanya ingin dengan ibu. "Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak" kata ibu. "Tidak apa2 Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila bisa bersama2 dengan ibu. Bila sudah besar nanti, saya akan cari banyak uang untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti, ibu tidak perlu bekerja lagi, Bu", kata Madu. Tetapi ibu memaksa akan berkunjung ke rumah Maris keesokan harinya. Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat. Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat senang melihat anak imut tersebut. Ketika Mona hendak pulang, Madu meronta2 ingin ikut pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan mainan kesukaannya, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama ibunya, Madu menolak. "Saya ingin Ibu, saya tidak mau mainan itu", teriak Madu dengan nada yang polos. Dengan hati sedih dan menangis, Mona berkata "Nak, kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di sini. Ayah, kakek dan nenek akan bermain bersamamu." "Tidak, aku tidak mau mereka. Saya hanya mau ibu, saya sayang ibu, bukankah ibu juga sayang saya? Ibu sekarang tidak mau saya lagi", Madu mulai menangis. Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tsb tidak didengarkan anak kecil tsb.

Madu menangis tersedu2 "Kalau ibu sayang padaku, bawalah saya pergi, Bu". Sampai pada akhirnya, ibunya memaksa dengan mengatakan "Benar, ibu tidak sayang kamu lagi. Tinggallah disini", Mona segera lari keluar meninggalkan rumah tsb. Tampak Madu meronta2 dengan ledakan tangis yang memilukan. Di rumah, Mona kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu menyayat hati, ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan menjenguk anaknya, tetapi mereka berjanji akan merawat anaknya dengan baik. Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti hidup ini lagi. Ia telah kehilangan satu2nya alasan untuk hidup, anaknya tercinta. Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk memotong urat nadinya. Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa anaknya mungkin tidak akan diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup untuk mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik. Segera, niat bunuh diri itu dibatalkan, demi anaknya juga??..

Setahun berlalu. Mona telah pindah ke tempat lain, mendapatkan kerja yang lebih baik lagi. Madu telah sehat, walaupun tetap menjalani perawatan medis secara rutin setiap bulan. Seperti biasa, Madu ingat akan hari ulang tahun ibunya. Uang pun dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah mengumpulkannya.. Maka, pada hari tsb, sepulang dari sekolah, ia tidak pulang ke rumah, ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal ibunya, yang memakan waktu beberapa jam. Sang anak telah mempersiapkan setangkai bunga, sepucuk surat yang menyatakan ia setiap hari merindukan ibu, sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian yang sangat bagus. Ia akan memberikan semuanya untuk ibu. Madu berlari riang gembira melewati gang-gang kecil menuju rumahnya. Tetapi ketika sampai di rumah, ia mendapati rumah ini telah kosong.. Tetangga mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada yang tahu kemana ibunya pergi. Madu tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk di depan rumah tsb, menangis "Ibu benar2 tidak menginginkan saya lagi." Sementara itu, keluarga Maris begitu cemas, ketika Madu sudah terlambat pulang ke rumah selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah mengatakan semuanya sudah pulang.

Semua tempat sudah dicari, tetapi tidak ada kabar. Mereka panik. Maris menelpon Mona, yang juga sangat terkejut. Polisi pun dihubungi untuk melaporkan anak hilang. Ketika Mona sedang berpikir keras, tiba2 ia teringat sesuatu. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya. Anaknya mungkin pulang ke rumah. Maka Maris dan Mona segera naik mobil menuju rumah tsb. Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang tahun, setangkai bunga, nilai ujian yang bagus, dan sepucuk surat anaknya. Mona tidak mampu menahan tangisannya, saat membaca tulisan2 imut anaknya dalam surat itu. Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tsb, tanpa mendapatkan petunjuk apapun. Mona semakin resah. Kemudian Mona membakar dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kuan Im, sambil menangis ia memohon agar bisa menemukan anaknya.

Seperti mendapat petunjuk, Mona tiba2 ingat bahwa ia dan anaknya pernah pergi ke sebuah kuil Kuan Im di desa tsb. Mona pernah berkata kepada Madu, bahwa bila kamu memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im yang welas asih. Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu, jika niat kamu baik. Mona memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil tsb untuk memohon agar bisa bertemu dengan dirinya. Benar saja, ternyata Madu berada di sana. Tetapi ia pingsan, demamnya tinggi sekali. Maris segera menggendong anaknya untuk dilarikan ke rumah sakit. Saat menuruni tangga kuil, Mona terjatuh dari tangga, dan berguling2 jatuh ke bawah????..

Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini Madu sudah memasuki bangku kuliah. Ia sering beradu mulut dengan ayahnya, mengenai persoalan ibunya. Sejak jatuh dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan. Madu telah banyak menghabiskan uang untuk mencari ibunya kemana2, tetapi hasilnya nihil. Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, Madu berjalan bersama dengan teman wanitanya. Mereka tampak serasi. Saat melaju dengan mobil, di persimpangan sebuah jalan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang mengemis. Ibu tsb terlihat kumuh, dan tampak memakai tongkat. Ia tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajahnya kumal, dan ia tampak berkomat-kamit. Di dorong rasa ingin tahu, Madu menghentikan mobilnya, dan turun bersama pacar untuk menghampiri pengemis tua itu. Ternyata sang pengemis tua sambil mengacungkan kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap dengan lemah "Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?" Madu merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari, ia segeramenyanyikan lagu "Shi Sang Ci You Mama Hau" dengan suara perlahan, tak disangka sang pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah. Mereka berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang selalu menyanyikan lagu tsb saat ia kecil, Madu segera memeluk pengemis tua itu dan berteriak dengan haru "Ibu? Ini saya ibu". Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang anak, lalu bertanya, "Apakah kamu ??..Maduu...?" "Benar bu, saya adalah Madu.. anak ibu?". Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur membasahi bumi???. Karena jatuh dari tangga, Mona yang terbentur kepalanya menjadi hilang ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun terus mencari anaknya, tanpa peduli dengan keadaaan dirinya. Sebagian orang menganggapnya sebagai orang gila?.

Dalam kondisi kritis, Ibu kita akan melakukan apa saja demi kita. Ibu bahkan rela mengorbankan nyawanya?.. Simaklah penggalan doa keputusasaan berikut ini, di saat Ibu masih muda, ataupun disaat Ibu sudah tua :
1. Anakku masih kecil, masa depannya masih panjang. Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.
2. Aku sudah tua, Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.

Diantara orang2 disekeliling Anda, yang Anda kenal, Saudara/I kandung Anda, diantara lebih dari 6 Milyar manusia, siapakah yang rela mengorbankan nyawanya untuk Anda, kapan pun, dimana pun, dengan cara apapun ? Tidak diragukan lagi "Ibu kita adalah Orang Yang Paling Mulia di dunia ini"

Bila Anda Orang yg masih beruntung (Ibu Anda masih ada di dunia ini), ajaklah ia untuk keluar makan atau jalan-jalan MALAM INI JUGA. Jangan ditunda-tunda. Bila Ibu Anda tinggal di tempat yang terpisah jauh dengan Anda, telponlah dia malam ini juga, just to say "hello". Catatlah hari ulang tahunnya, rayakan, dan bahagiakanlah dia semampu Anda. Hidangkan makanan favoritnya, dst. BIla Ibu anda telah meninggalkan anda, berdoalah detik ini juga, jangan ditunda… spirit-nya akan memasuki jiwa anda dan akan selalu melindungi anda dari kesulitan didunia ini. kembali

BACA ARTIKEL JUGA DIBAWAH INI



Tidak ada komentar:

Posting Komentar