Rabu, 17 Desember 2008

MAHALNYA SEBUAH KEHORMATAN
Seorang pemuda masuk ke dalam sebuah warung makan, memesan makanan. Tidak beberapa lama kemudian, pesanannya datang.

Saat pemuda itu hendak menikmati makanannya, datanglah seorang anak kecil lelaki menjajakan kue padanya, “Bang, mau beli kue, bang ?”

Dengan ramah pemuda yang sedang makan itu menjawab “Tidak, saya sedang makan”.

Anak kecil tersebut tidak putus asa dengan cobaan pertama.

Dia menunggu sampai pemuda itu selesai makan, lalu dia tawarkan lagi kue dagangannya, “Bang, mau beli kue, bang ?”

Pemuda tersebut menjawab, “Tidak dik, saya sudah kenyang.”

Lalu, pemuda itu membayar makanan tadi dan beranjak pergi dari warung makan tersebut. Si anak kecil penjaja kue itu mengikuti. Sudah hampir seharian dia menjajakan kue buatan ibunya. Dia tidak menyerah pada usahanya.

Anak itu berfikir, “Coba aku tawarkan kue ini lagi pada pemuda itu. Siapa tahu kue ini dijadikan oleh oleh buat orang di rumahnya.”

Apa yang dilakukan oleh anak kecil itu adalah usaha gigih membantu ibunya menyambung kehidupan yang serba sederhana ini.

Saat pemuda itu keluar rumah makan, anak kecil penjaja kue itu menawarkan kue dagangannya untuk yang ketiga kali, “Bang mau beli kue saya ?”.

Kali ini pemuda itu merasa risih untuk menolak. Kemudian, dia mengeluarkan uang 10.000 dari dompetnya dan diberikan pada anak kecil itu sebagai sedekah.

Katanya, “Dik, ambil uang ini. Saya tidak beli kue adik. Anggap saja ini sedekah dari saya buat adik.”

Anak kecil itu menerima uang pemberian pemuda lalu memberikannya kepada seorang pengemis yang sedang meminta minta. Betapa terkejutnya pemuda itu.

“Bagaimana anak ini ? Diberi uang tak mau malah diberikan pada orang lain?”.

Katanya, “Kenapa kamu berikan uang itu pada pengemis ? Mengapa tidak kau ambil saja ?”

Anak kecil penjaja kue tersenyum lucu menjawab, “Saya sudah berjanji sama ibu di rumah untuk menjualkan kue buatan ibu, bukan jadi pengemis. Dan saya akan bangga pulang ke rumah bertemu ibu kalau kue buatan ibu terjual habis. uang yang saya berikan kepada ibu hasil usaha kerja keras saya. Ibu saya tidak suka saya menjadi pengemis”.

Pemuda itu kagum dengan kata kata yang diucapkan anak kecil penjaja kue yang masih sangat kecil buat ukuran seorang anak yang sudah punya etika kerja bahwa “kerja adalah sebuah kehormatan”. Kehormatan anak kecil itu akan berkurang di hadapan ibunya, bila dia tidak bekerja keras dan berhasil menjajakan kue. Dan, adalah pantangan bagi sang ibu bila anaknya menjadi pengemis. Dia ingin setiap kali pulang ke rumah dia melihat ibunya tersenyum menyambut kepulangannya dan senyuman bunda yang tulus dia balas dengan kerja yang terbaik dan menghasilkan uang.

Akhir cerita, pemuda tadi memborong semua kue yang dijajakan anak kecil itu. Bukan karena kasihan, bukan karena lapar tapi karena prinsip yang dimiliki anak kecil itu “kerja adalah sebuah kehormatan”. Dia akan mendapatkan uang kalau dia sudah bekerja dengan baik.

Semoga cerita di atas bisa menyadarkan kita tentang arti pentingnya kerja. Bukan sekadar untuk uang semata. Jangan sampai mata kita menjadi “hijau” karena uang sehingga melupakan apa arti pentingnya kebanggaan kerjanya yang kita miliki. Sekecil apapun kerjanya itu, kalau kita kerjakan dengan sungguh-sungguh, pastilah akan bererti besar.

BACA ARTIKEL JUGA DIBAWAH INI



Tidak ada komentar:

Posting Komentar